Untuk Ramadhan Yang Lebih Baik
Ramadhan adalah satu dari dua belas nama bulan dalam setahun. Karena itu
setiap tahun Ramadhan datang menjumpai kita. Banyak yang merasa beruntung
karena telah berkali-kali menjumpai kedatangan bulan Ramadhan. Artinya, bisa
berkali-kali pula berpuasa di bulan Ramadhan.Pertanyaannya adalah, apakah amal
perbuatan kita selama puasa Ramadhan dari tahun ke tahun sudah berkualitas.
Ataukah Ramadhan sekadar dirasakan sebagai bulan yang datang sebagai rutinitas
dengan puasa dan sibuk menyiapkan menu pilihan buka bersama? Atau jangan-jangan
kita masih merasakan kedatangan bulan Ramadhan sebagai beban karena harus
berpuasa selama sebulan utuh?
Jawaban untuk pertanyaan itu bisa beragam antara satu
orang dengan yang lain. Tetapi, idealnya, setiap orang mempunyai semangat yang
sama untuk menjalani hari-hari Ramadhan yang semakin baik dan bertambah baik
dari tahun ke tahun. Kalau sudah ada semangat, usaha ke arah itu secara lebih
nyata akan lebih mudah, insya Allah. Untuk menjalani Ramadhan secara lebih baik hendaknya
dimulai sejak sebelum kedatangannya. Sambut Ramadhan dengan melakukan berbagai
persiapan. BERSIAP UNTUK MENYAMBUTNYARasululullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat
pun dulu sangat bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka serius
mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan melakukan berbagai
amalan dengan penuh keimanan, keikhlasan, semangat, giat, dan tidak
merasakannya sebagai beban. Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut
Ramadhan, tamu yang istimewa ini.Untuk memudahkan mungkin bentuk persiapan bisa
kita rincikan sebagai berikut:
1. Persiapan NafsiyahYang dimaksudkan dengan mempersiapkan nafsiyah adalah
menyambut dengan hati gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk
mendekatkan diri pada Allah Subhanahu waTa’ala. Jiwa yang siap memandang
Ramadhan bukan sebagai bulan penuh beban, melainkan bulan untuk berlomba
meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala.Persiapan nafsiyah merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam upaya memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa.
Tazkiyatun nafsi (penyucian jiwa) akan melahirkan keikhlasan, kesabaran,
ketawakalan, dan berbagai amalan hati lainnya, yang akan menuntun seseorang
kepada jenjang Ibadah yang berkualitas dengan kuantitas optimal. Seorang yang
menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan tanpa memiliki kesiapan secara
nafsiyah dikhawatirkan puasanya akan menjadi kurang bermakna atau bahkan
sia-sia, lebih parah lagi jika menjadi gugur.Persiapan penting yang harus kita
takukan adalah persiapan mental. Mempersiapkan diri secara mental tidak lain
adalah mempersiapkan ruhiyah kita serta membangkitkan suasana keimanan dan
memupuk spirit ketakwaan kita. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak
amal ibadah. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah
memberikan contoh kepada kita semua. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.Ummul Mukmin Aisyah radhiyallahu ‘anha
menuturkan:“Aku belum pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan
penuh kecuali Ramadhan dan aku belum pernah melihat beliau lebih banyak
berpuasa dibandingkan pada bulan Sya’ban.”1Puasa bulan Sya’ban itu demikian penting dan memiliki
keutamaan yang besar dari pada puasa pada bulan lainnya, tentu selain bulan
Ramadhan. Sedemikian pentingnya dan utamanya sampai Imran bin Hushain
menuturkan, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya
kepada seorang sahabat,“Apakah engkau berpuasa pada akhir bulan (Sya’ban) ini?’
Laki-laki itu menjawab, Tidak!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
kemudian bersabda kepadanya, ‘Jika engkau telah selesai menunaikan puasa
Ramadhan, maka berpuasalah dua hari sebagai gantinya.”2Walhasil, puasa Sya’ban, di samping berbuah pahala yang
besar dan keutamaan di sisi Allah, merupakan sarana latihan guna menyongsong
datangnya Ramadhan.
2. Persiapan TsaqafiyahUntuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara optimal
diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh al-Shiyam. Oleh karena itu
persiapan tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkan
perhatian yang serius. Dengan pemahaman fikih puasa yang baik seseorang akan
memahami dengan benar, mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan
mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya. Orang
berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan
hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya. Suatu amal
perbuatan tanpa dilandasi ilmu, kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya.
Hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai syariat
Islam. Jembatan menuju kebenaran adalah ilmu, dan siapa yang menempuh
perjalanan hidupnya dalam rangka menuntut ilmu maka Allah Subhanahu wa Taala
akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu
berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, niscaya
Allah akan [memudahkan] dengannya jalan dari jalan-jalan kesurga”3
3. Persiapan JasadiyahTidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas Ramadhan banyak
memerlukan kekuatan fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya, dan
aktivitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik akan lebih mampu melakukan
ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun, insya allah. Bila kondisi fisik
tidak prima akan berpotensi besar kesulitan melaksanakannya amaliyah tersebut
dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan
nilai amaliah Ramadhan tidak semuanya bisa tergantikan pada bulan yang lain.
4. Persiapan MaliyahHendaknya persiapan materi ini tidak dipahami sekadar
untuk beli pakaian baru, bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli
pernik-pernik jajanan ‘Idul fithri. Hendaknya maliyah yang ada dipersiapkan
untuk infaq, sedekah, dan zakat. Sebab nilai balasan infak dan sedekah akan
dilipatgandakan sebagaimana kehendak Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Setiap amal bani Adam dilipatgandakan, kebaikan diganjar
sepuluh kali lipat yang sepadan dengannya hingga sampai 700 kali lipat, bahkan
hingga sampai kepada apa yang Allah kehendaki. Allah Azza wa Jalla berfirman,
‘Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untukku dan Aku sendirilah yang
akan membalasnya. la meninggalkan syahwat dan makannya hanya karena Aku.’Bagi
orahg yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan tatkalaia berbuka
dan kegembiraan tatkala ia bertemu dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut seorang
yang berpuasa itu adalah lebih harum di sisi Allah dibandingkan harumnya
kesturi.”4Bulan Ramadhan merupakan bulan muwasah (santunan). Sangat
dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang
sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi
kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun cuma sebuah kurma, seteguk air, atau
sesendok nasi.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada bulan Ramadhan ini
sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan
santunan Rdsulullah Shallallahu Alaihi waSallam kepada masyarakat sampai
merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di
sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
anhuma,“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah
orang yang paling dermawan. Beliau akan lebih dermawan lagi pada bulan
Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam pada
bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya al-Quran. Sungguh, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.”5Santunan dan sikap ini sudah barang tentu sulit dilakukan
dengan baik jika tidak ada persiapan materi yang memadai. Termasuk dalam
persiapan maliyah adalah mempersiapkan dana, sehingga tidak terpikir beban
ekonomi untuk keluarga, agar dapat beri’tikaf dengan tenang. Untuk itu, mesti
dicari tabungan dana yang mencukupi kebutuhan di bulan Ramadhan.
PADATI DENGAN AKTIVITAS KEBAIKAN
Persiapan-persiapan tersebut akan lebih membantu kita
dalam menapaki hari-hari Ramadhan dengan lebih baik, insya Allah. Sebelumnya
kita perlu menumbuhkan motivasi dengan melakukan perenungan untuk mendapatkan
kesadaran betapa besarnya keutamaan shiyam. Banyak hadits yang bisa
membangkitkan motivasi tersebut. Di antaranya adalah:“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut
Royyan. Orang-orang yang berpuasa masuk darinya pada hari kiamat, dan tidak ada
seorang pun selain mereka yang dapat memasukinya. Apabila mereka telah
memasukinya, pintu tersebut ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang dapat
memasukinya.”((Shahih al-Bukhari juz 7 hal.174 no.1896))Dengan meyakini dan menyadari keutaman orang yang
berpuasa, kita akan terlecut untuk menjalani dengan baik, Hendaknya kita pun
menyiapkan program-program amal kebaikan yang akan kita lakukan selama bulan
Ramadhan. Ramadhan mestinya ktia padati dengan aktivitas kebaikan.Sebaliknya,
berbagai keburukan yang sebelumnya dianggap sepele, saat Ramadhan harus kita
jauhi sekuat mungkin. Banyak hadits yang memberikan peringatan kepada kita agar
membuang jauh-jauh perbuatan sia-sia demi tercapainya kualitas puasa kita.
Puasa menuntut dan menuntun kita menjadi orang yang berakhlak baik, menjauhi
kekufuran, menjauhi mencela agama, dan menjauhi muamalah yang buruk terhadap
manusia. Puasa itu mendidik kebaikan jiwa dan tidak memperburuk akhlak.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka
janganlah mengumpat dan berkata kasar. Apabila ada seorang yang mencela atau
menganiayanya, maka katakanlah sesungguhnya aku adalah orang yang tengah
berpuasa”6Dengan berbagai uraian di atas kita berharap di Ramadhan
kali ini tidak termasuk dalam jajaran yang disinyalir oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya,“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidaklah
mendapatkan dari puasanya melainkan hanya dahaga”7
Semoga Ramadhan kita bukanlah sekadar hari-hari lapar dan
haus.Kiranya kita mampu menjadikan Ramadhan sebagai bulan ketaatan, untuk
mengikatkan diri dengan seluruh syariatnya.Bulan Ramadhan adalah bulan
muraqabah. Shaum yang kita lakukan semoga mampu mengajari kita untuk senantiasa
merasa diawasi Allah. Ramadhan kali ini semoga menjadi bulan pengorbanan kita
di jalan Allah. Kita coba, paling tidak, untuk berkorban dengan menahan rasa
lapar dan haus demi meraih derajat ketakwaan kepada-Nya.Takwa adalah puncak pencapaian ibadah shaum
ramadhan.Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah dengan melaksanakan
semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.Adapun perwujudan takwa
secara kolektif adalah dengan menerapkan syariat Islam secara total dalam
seluruh aspek kehidupan oleh kaum muslimin. Inilah kiranya timbangan bahwa Ramadhan
kali ini lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar